Dompet, Facebook, dan tiga sahabat dalam gua...

Sabtu, 19 April 2015 lalu aku pergi touring ke km 0 Sentul dari Bintaro bersama beberapa orang teman. Kami berangkat pagi sekitar jam 07.00 dan nyampe di sana sekitar jam 14.00 sore (Lama ya, banyakan istirahat sama foto2 di jalan sih.. )

Tapi bukan itu fokusnya postingan ini, jadi waktu aku berangkat dari rumah bawa perlengkapan dan perbekalan segala macam, dan sore harinya ketika mau makan baru sadar dompetku nggak ada!!!

Padahal pagi jelas-jelas aku masukkan ke saku, dan ternyata baru sadar sakunya itu bolong...
Saat seperti itu aku jadi ingat tentang kisah tiga sahabat yang terkurung, terperangkap dalam gua (eh, bukan kera sakti lho ya..)
Jadi ceritanya begini:
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.:
Dari Rasulullah saw., beliau bersabda: Ketika tiga orang pemuda sedang berjalan, tiba-tiba turunlah hujan lalu mereka pun berlindung di dalam sebuah gua yang terdapat di perut gunung. Sekonyong-konyong jatuhlah sebuah batu besar dari atas gunung menutupi mulut gua yang akhirnya mengurung mereka. Kemudian sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain: Ingatlah amal saleh yang pernah kamu lakukan untuk Allah, lalu mohonlah kepada Allah dengan amal tersebut agar Allah berkenan menggeser batu besar itu.

Salah seorang dari mereka berdoa: Ya Allah, sesungguhnya dahulu aku mempunyai kedua orang tua yang telah lanjut usia, seorang istri dan beberapa orang anak yang masih kecil di mana akulah yang memelihara mereka. Setelah aku mengandangkan hewan-hewan ternakku, aku segera memerah susunya dan memulai dengan kedua orang tuaku terdahulu untuk aku minumkan sebelum anak-anakku. Suatu hari aku terlalu jauh mencari kayu (bakar) sehingga tidak dapat kembali kecuali pada sore hari di saat aku menemui kedua orang tuaku sudah lelap tertidur. Aku pun segera memerah susu seperti biasa lalu membawa susu perahan tersebut. Aku berdiri di dekat kepala kedua orang tuaku karena tidak ingin membangunkan keduanya dari tidur namun aku pun tidak ingin meminumkan anak-anakku sebelum mereka berdua padahal mereka menjerit-jerit kelaparan di bawah telapak kakiku. Dan begitulah keadaanku bersama mereka sampai terbit fajar. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mengharap keridaan-Mu, maka bukalah sedikit celahan untuk kami agar kami dapat melihat langit. Lalu Allah menciptakan sebuah celahan sehingga mereka dapat melihat langit.

Yang lainnya kemudian berdoa: Ya Allah, sesungguhnya dahulu aku pernah mempunyai saudara seorang puteri paman yang sangat aku cintai, seperti cintanya seorang lelaki terhadap seorang wanita. Aku memohon kepadanya untuk menyerahkan dirinya tetapi ia menolak kecuali kalau aku memberikannya seratus dinar. Aku pun bersusah payah sampai berhasillah aku mengumpulkan seratus dinar yang segera aku berikan kepadanya. Ketika aku telah berada di antara kedua kakinya (selangkangan) ia berkata: Wahai hamba Allah, takutlah kepada Allah dan janganlah kamu merenggut keperawanan kecuali dengan pernikahan yang sah terlebih dahulu. Seketika itu aku pun beranjak meninggalkannya. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mencari keridaan-Mu, maka ciptakanlah sebuah celahan lagi untuk kami. Kemudian Allah pun membuat sebuah celahan lagi untuk mereka.

Yang lainnya berdoa: Ya Allah, sesungguhnya aku pernah mempekerjakan seorang pekerja dengan upah enam belas ritel beras (padi). Ketika ia sudah merampungkan pekerjaannya, ia berkata: Berikanlah upahku! Lalu aku pun menyerahkan upahnya yang sebesar enam belas ritel beras namun ia menolaknya. Kemudian aku terus menanami padinya itu sehingga aku dapat mengumpulkan beberapa ekor sapi berikut penggembalanya dari hasil padinya itu. Satu hari dia datang lagi kepadaku dan berkata: Takutlah kepada Allah dan janganlah kamu menzalimi hakku! Aku pun menjawab: Hampirilah sapi-sapi itu berikut penggembalanya lalu ambillah semuanya! Dia berkata: Takutlah kepada Allah dan janganlah kamu mengolok-olokku! Aku pun berkata lagi kepadanya: Sesungguhnya aku tidak mengolok-olokmu, ambillah sapi-sapi itu berikut penggembalanya! Lalu ia pun mengambilnya dan dibawa pergi. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mengharap keridaan-Mu, maka bukakanlah untuk kami sedikit celahan lagi yang tersisa. Akhirnya Allah membukakan celahan yang tersisa itu. (Shahih Muslim No.4926)
Nah, berdasar kisah itu aku pun berdoa kepada Allah sambil mengingat amalan apa ya yang pantas aku ajukan..
"Ya Allah, sesungguhnya aku dalam beberapa bulan terakhir sudah berusaha rutin tilawah satu hari satu Juz. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mencari keridaan-Mu, maka berikanlah aku petunjuk akan keberadaan dompetku."

Keesokan harinya, ada yang meninggalkan komen di facebookku, memberitahu bahwa dia menemukan Dompetku. (Sebenarnya udah dari sabtu sore sih, tapi aku kan lagi di jalan jadi baru ketahuan pagi berikutnya).
Alhamdulillah nama facebookku sama dengan nama di KTP sehingga meski tidak ada nomer telepon yang bisa dihubungi di dompet, yang nemu bisa menjangkau aku lewat facebook.

Lalu kami bicarakan lebih lanjut lah mengenai dompetku tsb. Ternyata jatuh tidak jauh dari kosku, dia memungutnya tapi tidak menyimpannya. Dia menitipkannya pada seorang yang tinggal di sekitar situ.
Kemudian aku pun mencari orang yang dimaksud, dan di sekitar situ tidak ada yang tahu ketika aku bertanya. Lalu aku pun menghubungi yang menemukan, dia bilang akan ditanyakan lagi ke tkp.

Aku jadi berpikir, ternyata belum cukup amalan yang kuajukan, aku masih sering nggak sholat jamaah, masih jarang infak/shodaqoh, dsb..
Terus aku coba lagi berdoa,
"Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai banyak teman wanita, dan dari pertemanan itu tidak jarang timbul kesempatan untukku berbuat hal-hal yang tidak senonoh, tapi aku memilih untuk tidak melakukannya. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mencari keridaan-Mu, maka berikanlah petunjuk lagi tentang keberadaan dompetku."

Keesokan harinya aku dapat kabar dari yang menemukan, bahwa setelah ditelusuri ternyata yang dititipi dompet sedang pulang kampung, jadi harus menunggu sampai dia datang kembali.
Aku pun kembali berpikir, mungkin belum cukup juga amalannya, pergaulanku masih terlalu bebas mungkin sehingga timbul kesempatan-kesempatan untuk berbuat tidak baik, meski tidak aku lakukan.

Seminggu kemudia baru aku dapat kabar bahwa yang dititipi dompet sudah kembali dari kampungnya, aku pun kembali ke tkp dan dompet dapat aku terima dengan isi yang masih utuh.
Alhamdulillahirobbil'alamin...

Komentar